Jumat, 09 Januari 2009

Pangeran Albert Kampanye Global Warming

PUNTA ARENAS, SENIN — Pangeran Albert II meninggalkan Monaco, Senin (5/1), memulai ekspedisi ke Antartika di Kutub Selatan untuk menggugah kepedulian publik terhadap pemanasan global (global warming). Perjalanan tersebut akan melengkapi pengalamannya yang lebih dulu mengunjungi Kutub Utara pada 2006.
Ia akan menghabiskan waktu hingga 22 Januari dan berkunjung ke 26 base camp internasional yang ada di benua beku tersebut. Tempat kunjungan pertama yang dituju adalah King George Island yang merupakan stasiun penelitian bersama sejumlah negara. Dari sana, kapal akan singgah di Patriot Hill yang menjadi base camp peneliti AS dan Amundsmen-Scott yang merupakan pusat penelitian Perancis dan Italia.
Selanjutnya, misi dilanjutkan ke Stasiun Vostok dan Novolazarevskaya yang menjadi pusat perhatian Russia. Dari sana, lanjut ke Stasiun Davis Australia, Stasiun Princess Elisabeth yang menjadi basis peneliti Belgia serta stasiun para peneliti Norwegia.
"Ini merupakan salah satu kawasan paling sensitif di dunia. Segala sesuatu yang terjadi di Kutub Selatan seperti di Kutub Utara berpenagruh terhadap semua daearah di planet ini," ujarnya. Menurutnya, misi ekspedisi tersebut sekaligus menegaskan dukungan Monaco terhadap Traktat Antaryiksa yang bertujuan mencegah eksploitasi komersial maupun militer untuk kepentingan sempit masing-masing negara.

Pangeran Albert II yang merupakan anak laki-laki Puteri Rainier selama ini dikenal sebagai tokoh yang peduli lingkungan. Suami artis cantik Hollywood Grace kelly itu telah alma aktif dalam kegiatan lingkungan bahkan mendirikan yayasan lingkungan pada tahun 2006.
Salah satunya menjadi salah satu penawar tertinggi untuk menamai spesies baru ikan-ikan yang ditemukan di Raja Ampat, Papua Barat melalui Blue Ocean Auction dua tahun lalu. Dana yang diberikan digunakan untuk mendanai konservasi lingkungan di daratan dan perairan dekat kawasan Kepala Burung Papua itu.

Rabu, 07 Januari 2009

Ponsel dari botol bekas


Jangan buang bekas botol air mineral yang Anda minum karena barangkali kelak itu akan menjadi handphone yang Anda pakai. Motorola Inc, perusahaan teknologi informasi dari Amerika Serikat kemarin mengumumkan bahwa mereka telah membuat telepon seluler dengan bahan dasar botol-botol bekas.

Motorola mengklaim ponsel yang dilepas dengan kode seri W233 Renew ini adalah perangkat komunikasi pertama di dunia yang bebas unsur karbon. Casing telepon terbuat dari plastik daur ulang, ada pun pengolahan plastik dilakukan dengan meminimalisasi pembakaran karbon saat peleburannya. Tidak hanya itu, seluruh proses pembuatan dan distribusi juga dilakukan dengan menekan penggunaan energi sampai 20 persen dari proses biasa.

Dari sudut teknologi, ponsel ini sebetulnya tidak terlalu istimewa. Perlengkapan yang disediakan seperti laiknya ponsel yang sudah banyak beredar. Ada koneksi Wi-Fi, touchscreen, kemampuan video conferencing, dan jaringan GSM yang disempurnakan. Namun bagi mereka yang benar-benar prihatin pada lingkungan global, ponsel ini memberi alternatif baru. Harganya? Belum diumumkan, karena produk ini baru akan dipasarkan bulan depan. Saat ini, W233 masih dipamerkan di Consumer Electronic Shows yang akan dibuka pekan depan di Las Vegas.

source

Arnold Schwarzenegger - Global Climate Summit

BEVERLY HILLS, Calif. (AP) — Gov. Arnold Schwarzenegger opened his international climate change summit on Tuesday by upstaging himself with an even bigger political star — President-elect Barack Obama.

Schwarzenegger, a Republican whose efforts to combat global warming in California have generated worldwide acclaim, wants to show that governments can balance environmental protection and economic growth. He hopes his summit will influence negotiations over a new climate treaty during a U.N. gathering in Poland next month.

In a taped message to attendees, Obama said his administration is committed to a cause that has all but languished at the federal level during the term of President George W. Bush.

"Once I take office, you can be sure that the United States will once again engage vigorously in these negotiations and help lead the world toward a new era of global cooperation on climate change," Obama said.

U.N. negotiators have a December 2009 deadline to complete the next global warming treaty, which would succeed the 1997 Kyoto Protocol. That treaty, which expires in 2012, does not include the U.S. or China — the world's largest emitters.

Negotiators want to cut in half the amount of carbon dioxide discharged into the atmosphere from transportation, industry and power generation by mid-century.

In his roughly four-minute address to Schwarzenegger's conference, Obama said the U.S. economy would continue to weaken if climate change and dependence on foreign oil are not addressed.

He reiterated his support for cutting greenhouse gas emissions using a cap-and-trade system, an approach also favored by Schwarzenegger. Obama said he would establish annual targets to reduce emissions to their 1990 levels by 2020 and reduce them another 80 percent by 2050.

Obama also promoted anew his proposal to invest $15 billion each year to support private-sector efforts toward clean energy. He said tackling climate change can create millions of new jobs as the U.S. invests in technologies to promote solar and wind power, biofuels and cleaner
coal-fired plants.

"I promise you this: When I am president, any governor who's willing to promote clean energy will have a partner in the White House," Obama told the participants. "Any company that's willing to invest in clean energy will have an ally in Washington. And any nation that's willing to join the cause of combating climate change will have an ally in the United States of America."

Scientists say the kind of ambitious goals set by Schwarzenegger and Obama must be reached to minimize the consequences of rising global temperatures.

The U.N.'s Intergovernmental Panel on Climate Change has said temperatures worldwide could increase between 4 degrees and 11 degrees Fahrenheit by 2100 unless nations reduce their emissions.

Just how countries will cut emissions remains a topic of intense debate, especially as the world grapples with the worsening financial crisis.U.S. and foreign businesses, as well as some European countries, havequestioned whether cutting emissions will be too costly.

Schwarzenegger said states, provinces and countries can cut emissions by forming partnerships, as he has done as governor.

"I still have friends in the business world that come to me and say that this is going to hurt the economy," Schwarzenegger said in his opening remarks. "But of course, we believe very strongly it is going to help the economy."

Schwarzenegger has signed partnerships with governors of seven Western states and four Canadian provinces to develop regional cap-and-trade systems. He also has an agreement with the state of New York to explore linking California's future carbon market with a trading system in the Northeast.

The governor also has signed agreements with the United Kingdom and Australia's premier in Victoria to combat climate change. And Schwarzenegger along with governors from Illinois and Wisconsin signed agreements Tuesday night with government representatives from Brazil and
Indonesia to combat tropical deforestation.

Whether countries such as China will sign off on emission mandates remains a point of contention in international negotiations.

China has argued that the U.S. and other industrialized countries should take the lead on cutting greenhouse gas emissions. The nation's top climate bureaucrat reiterated that sentiment Tuesday in a meeting with reporters.

"Even now, per capita emissions in the U.S. are still five times higher than in China," said Gao Guangsheng, director general of the Department of Climate Change at China's National Development Reform Commission.

He said China's success in reducing emissions in the future will depend on whether the U.S. and other countries share technology and invest in his country.

Schwarzenegger addressed attendees from 19 other countries and 17 states. He announced the conference in September and sent out some 1,400 invitations to regional government representatives, scientists, policy experts and industry representatives.

The two-day summit at the Beverly Hilton Hotel has drawn more than 800 attendees to discuss strategies to cut greenhouse gas emissions.

Republican Gov. Charlie Crist of Florida and Democratic governors Rod Blagojevich of Illinois, Kathleen Sebelius of Kansas and Jim Doyle of Wisconsin are co-hosts.

/Associated Press Writer Liz Sidoti in Washington, D.C., contributed to this report./

"Be Veg. Go Green. Save the Planet."

Senin, 05 Januari 2009

Punahnya hutan

  • Indonesia menghancurkan kira-kira 51 km persegi hutan setiap harinya, setara dengan luas 300 lapangan bola setiap jamnya. Ini benar-benar rekor dunia yang menyedihkan.
  • Data dikutip dari website greenpeace se-Asia menyebutkan angka tersebut diperoleh dari kalkulasi data laporan State of the World's Forests 2007 yang dikeluarkan the UN Food & Agriculture Organization's (FAO)
  • Aplaus edisi 48/ 9-22 juni 2007 (Analisa)
  • Bayangkan di USA saja ada lebih dari 500 pabrik kertas dan secara global diperkirakan 10.000 pabrik kertas yang sedang beroperasi penuh di seluruh dunia!
  • Sebatang pohon (lebar 8 kaki, dalam 4 kaki, tinggi 4 kaki) dapat menghasilkan:
  • 1000 s/d 2000 pound kertas
  • 12 meja makan
  • 7,5 juta tusuk gigi
  • 942 buku skripsi 100 halaman
  • 61.370 amplop bisnis
  • 1.200 eksemplar buku National Geographic
  • 2.700 eksemplar surat kabar
  • Selain menghasilkan kertas, selama pemrosesan tersebut juga menghasilkan energi kalor yang secara tidak langsung menyebabkan pemanasan global dan berbagai zat beracun seperti dioxin yang mematikan bagi makhluk hidup.

Minggu, 04 Januari 2009

Es Kutub Mencair sudah mencapai lebih dari 2 triliun ton

LEBIH dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan global.

"Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun terakhir," kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.

Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan berlangsung semakin cepat.

Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku. Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan peningkatan air laut yang berarti.

"Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter tingkat air laut per tahun," kata ilmuwan es NASA Jay Zwally. “Pencairan terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi,” lanjut Zwally.