Rabu, 31 Desember 2008

Global warming mengancam punah nya kehidupan di bumi

Global warming tidak hanya menyebabkan perubahan iklim, tetapi juga mengganggu interaksi seksual di kehidupan liar. Salah satu dampak yang mengkhawatirkan adalah terganggunya perkembangbiakan makhluk hidup karena kenaikan suhu cenderung melahirkan banyak pejantan daripada betina.

Pada kebanyakan hewan melata (reptil), jenis kelamin ditentukan seberapa suhu pengeraman telur setelah dibuahi hingga menetas. Jika suhunya di atas suhu rata-rata, biasa disebut pivotal temperature, hampir pasti akan tumbuh menjadi pejantan. Hal tersebut akan menimbulkan masalah jika tingkat kenaikan suhu melaju lebih cepat daripada kemampuan alam melakukan adaptasi. Jumlah betina akan jauh lebih kecil daripada pejantan.

Ancaman yang sama juga dihadapi kelompok ikan. Penelitian terbaru yang dilakukan Natalia Ospina-Alvarez dan Fransesc Piferrer dari Marine Science Institute di Barcelona, Spanyol, menemukan bahwa 6 genus ikan—dari 20 yang terindikasi—nyata-nyata memiliki jenis kelamin yang ditentukan suhu pengeraman atau biasa disebut TSD (temperature-dependent sex determination). Antara lain, genus Menidia dan Apistogramma.

Hasil penghitungan mereka menunjukkan bahwa kenaikan suhu air sebesar 4 derajat Celcius, yang diprediksi akan terjadi sepanjang abad ini akan menghasilkan rasio pejantan dan betina sebesar 3 berbanding 1. Rasio tersebut sangat berisiko untuk menjamin kelangsungan hidup ikan.

Pada manusia, kenaikan suhu global mungkin tak berpengaruh pada rasio jenis kelamin. Namun, dampaknya tetap mengancam kelangsungan hidupnya di muka Bumi

sumber

Jumat, 26 Desember 2008

Eating Your Way to a smaller ‘Ecological Footprint’


 

Pilihan makanan kita mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan. Menjalankan pola makan daging, telur dan produk hewani ibarat menginjak – injak bumi ke dalam kehancuran karena berdampak
buruk bagi lingkungan dan menguras sumber daya alam. Berpindah ke pola makan vegetarian mengurangi " jejak kaki ekologis ", membuatmu berjalan dengan langkah ringan di planet ini dan berbelas kasihan terhadap penghuninya.

Sebagai bahan pertimbangan :

Memakan daging hewan menyebabkan pemanasan global. Laporan utama Universitas Chicago di tahun 2006 menemukan bahwa menjalankan pola makan vegetarian memiliki pengaruh yang besar dalam memerangi pemanasan global dari pada menggunakan mobil hibrid.

  • Diperlukan lebih dari 16 pon legum hanya untuk menghasilkan 1 pon daging hewan.
  • Di Amerika Serikat, setiap detik ayam, kalkun, babi dan sapi di pabrik peternakan menghasilkan hampir 89.000 pon kotoran yang terkontaminasi dengan antibiotik dan hormon yang disuntikkan pada hewan – hewan ini.

    Menurut EPA, Pabrik peternakan mencemari jalur air melebihi gabungan dari beberapa industri.

  • Industri pertanian menghabiskan dan menguras sumber daya dalam jumlah yang sangat besar. Di Amerika Serikat, 70 % dari padi – padian, 80 % dari lahan peternakan, setengah dari sumber air, dan sepertiga dari bahan bakar fosil digunakan untuk mengembangbiakkan hewan-hewan pedaging.
  • Memakan daging hewan menghancurkan hutan hujan.Banyak pemerhati lingkungan yang kuatir penebangan dan pembakaran hutan Amazon untuk dijadikan lahan peternakan sapi.Tetapi mungkin yang paling mengkuatirkan adalah penghancuran hutan hujan untuk membuka lahan baru untuk menanam bahan makanan untuk pabrik peternakan hewan.Laporan terbaru dari greenpeace menyalahkan Industri daging ayam, terutama KFC dalam menghancurkan hutan Amazon.


 

Dengan memilih pola makan vegetarian dibanding pola makan hewani, kita bisa mengurangi konsumsi sumber daya tanah, air dan minyak juga mengurangi pencemaran.

Tentu saja, dengan mengurangi jejak kaki ekologis juga berarti tidak merusak semua makhluk hidup selain manusia.Dengan berpindah ke pola makan vegetarian, kita bisa menyelamatkan lebih dari 100 ekor hewan setahun dari kekejaman yang mengerikan industri daging, telur dan produk hewani. Dengan belas kasih, beralihlah ke pola makan vegetarian yang sehat dan ramah lingkungan.

Senin, 22 Desember 2008

Perubahan gaya hidup dapat mengerem perubahan iklim

Paris (AFP)
“Jangan makan daging, kendarai sepeda, dan jadilah konsumen yang hemat ”itulah bagaimana Anda dapat membantu mengerem pemanasan global, itulah yang dikatakan oleh Rajendra Pachauri, ketua dari panel perubahan iklim PBB yang juga pemenang hadiah Nobel.

Laporan tahun 2007 yang dirilis oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) lebih menyoroti masalah “pentingnya mengubah pola hidup,” kata Rajendra Pachauri dalam sebuah konferensi pers di Paris. “Ini adalah sesuatu yang takut untuk diucapkan oleh IPCC beberapa waktu yang lalu, tetapi kini sudah saatnya kami harus mengatakannya.” Kurangilah konsumsi daging — daging benar-benar komoditas penghasil karbon yang signifikan,” katanya, menambahkan pernyataan sebelumnya bahwa konsumsi daging dalam jumlah besar juga buruk bagi kesehatan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa menghasilkan 1 kg daging akan menghasilkan 36,4 kg emisi karbon dioksida. Sebagai tambahan, pemeliharaan dan transportasi yang digunakan untuk menghasilkan sepotong daging sapi, kambing, atau babi tersebut membutuhkan energi dalam jumlah yang sama untuk menyalakan sebuah bola lampu 100 watt selama tiga minggu.

Sambil menyebutkan hal-hal yang bisa dilakukan perorangan untuk melawan pemanasan global, Pachauri memuji sistem komunal, dan akses sepeda berlangganan di Paris dan kotakota lain di Perancis sebagai “perkembangan yang sangat hebat.” “Daripada mengendarai mobil hanya untuk menempuh jarak 500 meter, kita dapat menggunakan sepeda atau berjalan kaki dan itu akan menghasilkan perbedaan yang sangat besar,” katanya kepada jurnalis-jurnalis yang menghadiri konferensi pers tersebut.

Perubahan pola hidup lain yang dapat berkontribusi dalam perlawanan dengan pemanasan global adalah
dengan tidak membeli barang “hanya karena mereka tersedia.” Dia meminta agar konsumen membeli hanya barang-barang yang benar-benar mereka butuhkan.

Sejak penganugerahan nobel kepada IPCC dan mantan wakil presiden Amerika Serikat Al Gore pada Oktober2007 kemarin, Pachauri telah berkeliling dunia untuk memperingatkan bahaya pemanasan global kepada dunia.

“Saat ini, gambarannya masih suram—apabila umat manusia tidak segera melakukan sesuatu, maka perubahan iklim akan memberikan dampak yang sangat serius,” dia memperingatkan.

Di saat yang sama, dia mengatakan bahwa dia terdorong oleh hasil dari UNFCCC yang diadakan di Bali
kemarin, juga oleh prospek dari system administrasi yang baru di Washington.
(Pemilu Presiden akan segera berlangsung di Amerika Serikat — Penyadur)

“Pernyataan yang terakhir jelas menyebutkan untuk memotong emisi gas rumah kaca besar-besaran, saya
pikir orang tidak dapat lari dari terminology tersebut,” katanya.
Pertemuan di Bali telah menciptakan kerangka untuk perjanjian global tentang bagaimana kita harus menekan emisi karbon dioksida dan gas-gas lainnya yang terbentuk akibat dari aktifitas manusia, yang akhirnya akan mendorong perubahan iklim.
Pachauri juga merasa optimistis dengan melihat fakta bahwa inilah pertama kalinya sejak negara-negara
di dunia melakukan pertemuan tentang pemanasan global di tahun 1994, “kali ini tidak ada lagi yang mempertanyakan hasil dan fakta yang ditemukan IPCC.”
“Ilmu pengetahuan telah menjadi basis dari tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencegah perubahan iklim,” katanya.

Pada tahun 2007, IPCC telah mengeluarkan laporan seukuran tiga buah buku telepon tentang realitas dan
resiko dari perubahan iklim, itu adalah penelitian ke-4 dalam kurun 18 tahun.
Pachauri mengatakan bahwa sudah terlambat bagi Washington untuk meratifikasi Protokol Kyoto, perjanjian internasional telah mengamanatkan pemotongan emisi karbon dioksida.
Amerika Serikat adalah satu-satunya negara industri yang tidak mau membuat komitmen seperti itu.
Tetapi dia masih menaruh harapan bagi Amerika Serikat—di bawah administrasi yang baru—nantinya
Amerika Serikat dapat menjadi peserta inti penandatanganan perjanjian-perjanjian berikutnya.
“Dengan pergantian politik yang akan terjadi di Amerika Serikat, harapan untuk terjadinya hal tersebut pasti akan lebih besar dibanding kasus yang terjadi beberapa bulan lalu,” tambahnya.

Di umur 67 tahun, Pachauri mengatakan bahwa dia masih belum memutuskan apakah dia masih akan
mengambil untuk kedua kalinya mandate sebagai ketua dari IPCC. Pemilihan akan diadakan pada bulan September. Di kesempatan lain, dia berkata, pengalaman yang dia miliki selama ini akan memberinya kesempatan lebih besar untuk terpilih kembali.

Tetapi kelebihan dari pensiun, dikatakannya sambil tersenyum, adalah — emisi karbon dioksida yang
dihasilkannya dari segala perjalanan dinasnya — akan berkurang drastis.

Sumber

Rabu, 17 Desember 2008

Penyakit baru akibat Global Warming


Berdasarkan Data Organisasi Kesehatan dunia (WHO) sebanyak 30 penyakit baru yang muncul sepanjang tahun 1976-2008 akibat perubahan iklim dan pemanasan global. Staf Khusus Menteri Lingkungan Hidup, Amanda Katil Niode mengatakan munculnya penyakit ini karena temperatur suhu panas bumi yang terus meningkat.

"Yang paling jelas kelihatan penyakit demam berdarah, kolera, diare, disusul virus ebola yang sangat mematikan," katanya di sela-sela penganugerahan Raksaniyata 2008 di Jakarta. Menurut dia, masalah kesehatan akibat pemanasan global memang sangat dirasakan parahnya oleh negara-negara berkembang yang sebagian masih miskin karena minimnya dana sehingga tak mampu lagi melaksanakan berbagai program persiapan dan tanggap darurat.

Untuk mengatasi dampak buruk perubahan iklim terhadap kesehatan manusia itu, tidak bisa dilakukan sendiri oleh masing-masing negara. Upaya itu baru akan berhasil jika dilakukan melalui kerja sama global, seperti misalnya meningkatkan pengawasan dan pengendalian penyakit-penyakit infeksi, memastikan penggunaan air tanah yang kian surut, dan mengkoordinasikan tindakan kesehatan darurat.

"Itu semua penting dilakukan, karena perubahan iklim jelas-jelas akibat dari kegiatan manusia yang tak peduli terhadap keseimbangan alam, yang kemudian berimplikasi serius terhadap kesehatan publik," ujarnya.

Selain menyebabkan gangguan kesehatan, perubahan iklim juga mengakibatkan berbagai bencana alam yang sangat besar. Sepanjang tahun 2006 telah terjadi 390 bencana besar di dunia yang banyak menelan korban.

"Amerika Serikat paling banyak terjadi bencana dibanding negara-negara lain, tetapi untuk jumlah korban paling banyak saat tsunami terjadi di Aceh pada 2004 lalu," jelasnya.

Di Indonesia sendiri, kata dia, bencana alam banyak terjadi akibat kesadaran masyarakat yang lemah, seperti pembalakan liar, kebakaran hutan, dan pembuangan karbon dioksida (CO2). Agar bencana alam dapat diminimalisir diperlukan sinkronisasi antara pemerintah, dunia usaha dan individu.

sumber

Senin, 15 Desember 2008

Cegah perubahan iklim dengan mengurangi makan daging

London, Salah satu isu yang masih hangat pada 2008 ini adalah perubahan iklim. Bergulirnya isu tersebut membuat orang di dunia berbondong-bondong memperbaiki gaya hidupnya.

Perubahan iklim telah menyebabkan kerusakan alam yang miris, seperti mencairnya es-es abadi di Kutub Utara. Sejumlah ahli di dunia bahkan memprediksi lapisan es abadi di Kutub Utara mungkin hilang sama sekali tahun ini.

Jika kondisi tersebut benar-benar terjadi, kenaikan muka air laut akibat pencairan es besar-besaran tidak dapat dicegah. Banjir mengancam kawasan pesisir seluruh dunia. Kenaikan suhu atmosfer juga ditengarai memicu badai makin sering dan kuat sehingga meningkatkan risiko ancaman kerusakan.

Untuk mencegah hal tersebut bisa dilakukan dengan sederhana asal disadari semua orang. Pakar iklim dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), salah satu badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Rajendra Pachauri, berhasil menemukan hal yang sangat sederhana untuk memperlambat efek perubahan iklim di dunia.

Menurut dia, mengurangi konsumsi daging dapat mereduksi efek tersebut. Dia mengatakan setiap orang harus rela meluangkan satu hari dalam seminggu, hidup tanpa asupan daging.

"Jangan makan daging satu hari dalam satu minggu secara rutin, itu akan mereduksi efek tersebut," ujarnya. Pria vegetarian berusia 68 tahun itu menuturkan diet ini sangat penting karena akan mengurangi jumlah ternak.

Sebab, menurut Badan Pangan Dunia (FAO), usaha peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca secara langsung sebesar 18 persen dari proses pengolahan hingga pemotongan serta gas buang ternak yang mengandung methan. Pengendalian ternak bakal memberikan dampak signifikan.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya

KOTA SAKAI, Sharp Corporation dan Kansai Electric sepakat bekerja sama membangun pembangkit listrik tenaga surya mega di daerah Pelabuhan Kota Sakai di Prefekturat Osaka, Jepang. Proyek yang menghasilkan tenaga listrik total 28 MW bakal terealisasi pada 2011.

Terkait dengan pembangunan ini, Kota Sakai akan menjadikan dirinya metropolitan rendah karbon. Seperti tenaga nuklir dan tenaga hidroelektrik, tenaga surya tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2) selama proses pembangkitan tenaga listrik. Setelah selesai dan beroperasi, proyek ini akan menghasilkan pengurangan emisi CO2 sekitar 10.000 ton setahunnya.

sumber

Jumat, 12 Desember 2008

Gedung Ramah Lingkungan

Hampir setiap bagian dari Gedung Bank Menara Amerika, yang merupakan sebuah gedung pencakar langit yang sedang dalam proses pembangunan di dekat Times Square di kota New York, sengaja dirancang untuk menghemat penggunaan energi. Betonnya saja misalnya, terbuat dari campuran 55% beton dan 45% ampas peleburan bijih besi. Pencampuran ampas ini menghemat energi dan membuat beton lebih kokoh. Menaranya akan menyimpan air limbah dari toilet dan digunakan kembali untuk menyiram toilet.

Gedung ini juga akan mampu menghasilkan pasokan listrik sendiri dengan bahan bakar gas alam yang lebih ramah lingkungan daripada batu bara. Semua keistimewaan ini akan menelan biaya sekitar 3,5 juta dolar Amerika dari total biaya pembangunan gedung sebesar 1,2 milyar dolar Amerika. Namun sang pemilik gedung berharap dapat menutup pengeluaran tersebut dalam beberapa tahun dari seluruh energi yang berhasil dihemat. Bila selesai dibangun tahun depan, maka gedung ini akan menjadi gedung tertinggi ke-2 di kota itu dan akan menjadi satu-satunya gedung yang paling ramah lingkungan di kota New York.


source


Selasa, 09 Desember 2008

Peternakan Menyumbang Gas Rumah Kaca Lebih Besar daripada Transportasi

Presiden Terpilih Barack Obama: Peternakan Menyumbang Gas Rumah Kaca Lebih Besar daripada Transportasi

Baru-baru ini Presiden terpilih Barack Obama berbincang-bincang dengan kontributor New York Times Michael Polen mengenai kebijakan pangan dan bahaya sistem peternakan saat ini.
Presiden terpilih Obama berkata:
"Saya baru saja membaca sebuah artikel di New York Times yang ditulis oleh Michael Pollen mengenai pangan dan fakta bahwa seluruh sistem peternakan kita bergantung pada minyak yang harganya murah. Sebagai akibatnya, sektor peternakan kita sebenarnya menyumbang lebih banyak gas rumah kaca daripada sektor transportasi kita. Dan sementara itu juga, peternakan menciptakan monokultur yang rentan terhadap ancaman ketahanan nasional, rentan terhadap harga pangan yang meroket ataupun anjlok, naik turunnya harga komoditas, dan sebagian bertanggung jawab atas ledakan biaya medis karena peternakan menyebabkan diabetes tipe 2, stroke, dan penyakit jantung, obesitas, semua hal yang mendorong pengeluaran besar-besaran dalam biaya medis kita. Itu hanya satu sektor ekonomi. Hal yang sama juga berlaku di sektor transportasi. Hal yang sama juga berlaku dalam konstruksi bangunan. Di seluruh bidang sama.
Bagi kami boleh dibilang kami akan memperbarui total bagaimana kita menggunakan energi untuk menangani perubahan iklim, menangani ketahanan nasional, dan mendorong ekonomi kita, itu akan menjadi prioritas nomor satu saya ketika saya masuk bekerja, dengan asumsi,
sudah jelas, bahwa kita sudah cukup berbuat sesuatu untuk menstabilkan
situasi ekonomi saat ini."
Akhirnya, Barack Obama mengakui secara terbuka bahwa peternakan menyumbang lebih banyak gas rumah kaca daripada seluruh transportasi.
Bagi Anda yang belum tahu mengenai hal ini, silakan simak laporan PBB berikut ini :
Food and Agriculture Organization (FAO) PBB menyebutkan produksi daging menyumbang 18% pemanasan global, lebih besar daripada sumbangan seluruh transportasi di dunia (13,5%).3 Lebih lanjut, dalam laporan FAO, "Livestock's Long Shadow", 2006 dipaparkan bahwa peternakan menyumbang 65% gas nitro oksida dunia (310 kali lebih kuat dari CO2) dan 37% gas metana dunia (72 kali lebih kuat dari CO2)4.
Selain itu, United Nations Environment Programme (UNEP), dalam buku panduan "Kick The Habit", 2008, menyebutkan bahwa pola makan daging untuk setiap orang per tahunnya menyumbang 6.700 kg CO2, sementara diet vegan per orangnya hanya menyumbang 190 kg CO2. Tidak mengherankan bila ahli iklim terkemuka PBB, yang merupakan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, Dr. Rajendra Pachauri, menganjurkan orang untuk berhenti makan daging untuk mengerem pemanasan global.
"Jika seluruh dunia menjadi 100% vegetarian saat ini, efek baiknya akan terlihat kira-kira dalam 60 hari. Dunia akan kembali menjadi Firdaus.

Senin, 08 Desember 2008

Ketebalan Es di Kutub menurun drastis

JAKARTA, Ketebalan es di kutub utara mengalami kecenderungan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Bahkan pada musim panas 2007 mencapai titik terendahnya.

Tebal es di puncak musim panas tahun lalu sekitar 23 persen lebih rendah dari batas minimum tahun 2005. Jika tren tersebut terus berlangsung , bukan mustahil ramalan sejumlah peneliti benar bahwa es di Kutub Utara suatu saat akan mencair seluruhnya pada musim panas.

Christian Haas dari Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research di Bremerhaven, Jerman, bersama timnya memperkirakan ketebalan laut es di sana selama musim panas tahun 2001, 2004, dan 2007. Mereka menemukan rata-rata ketebalan es di Kutub Utara di akhir musim panas 2007 adalah 1,3 meter. Sebagai perbandingan, ketebalan es 2,3 meter pada tahun 2001, dan 2,6 meter pada tahun 2004.

Tim tersebut pergi ke Kutub Utara menggunakan kapal pemecah es RFV Polarstern bulan Agustus dan September 2001, 2004, dan 2007. Ketika di sana, mereka menggunakan alat helicopter-borne untuk menentukan ketebalan es dengan mengukur daya konduksinya.

Sebelumnya, glasiologist mengukur ketebalan es dengan menempatkan alat secara langsung di atas es. Berdasarkan catatan, ketebalan es pada musim panas 1991 sebesar 3,1 meter.

sumber

Jumat, 05 Desember 2008

Global Warming, Global Vegetarian

Kita telah berada di titik 10 persen di atas batas ambang kemampuan bumi mencerna karbondioksida. Artinya, kita berada di titik balik. Pada level saat ini, tindakan yang harus diambil bukan lagi mengurangi, melainkan menghentikan.
PENELITIAN ahli beberapa dekade terakhir menunjukkan, makin panasnya bumi berkait langsung dengan gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Pencairan es di Antartika merupakan salah satu indikatornya. Perubahan demi perubahan melaju dalam hitungan bulan.

Pada 18 Mei 2008, Jay Zwally, ahli iklim NASA, memprediksi es di Antartika hampir semua akan mencair pada akhir musim panas 2012.

Sederet tanda bahaya yang telah terjadi sebelumnya adalah volume es pada musim panas 2007, hanya tinggal setengah dari empat tahun sebelumnya.

Efek domino apa yang membayang bila es mencair semua? Yang pasti, menaikkan level permukaan air laut, dan mempercepat siklus pemanasan global itu sendiri. Kurang lebih 80 persen sinar matahari yang sebelumnya dipantulkan akan diserap 95 persen oleh air laut.

Konsekuensi lanjut, terlepasnya 400 miliar ton gas metana atau 3000 kali dari jumlah gas metana di atmosfer. Gas metana punya efek rumah kaca 25 kali lebih besar dari karbondioksida. Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah terulangnya bencana kepunahan massal seperti 55 juta tahun lalu.

Mengejar Waktu
Membaca fakta-fakta di atas, patut dicermati tenggat waktu yang semakin
sempit. Dr Rajendra Pachauri, ketua IPCC (Intergovernmental Panel On Climate Change) menekankan, dua tahun ke depan merupakan masa penting untuk menghambat laju pemanasan global yang bergerak sangat cepat.

James Hansen, ahli iklim NASA, mengatakan kita telah berada di titik 10 persen di atas batas ambang kemampuan bumi mencerna karbondioksida. Artinya, kita berada di titik balik. Pada level saat ini, tindakan yang harus diambil bukan lagi mengurangi, melainkan menghentikan.
Dalam konferensi pers di Paris, 15 Januari 2008, Dr Pachauri mengimbau masyarakat dunia dalam tingkat individu untuk tidak makan daging. Lebih baik mengendarai sepeda dan jadilah konsumen yang hemat.

Mengapa “jangan makan daging” berada di urutan pertama? Seperti laporan yang dirilis Badan Pangan Dunia (FAO) pada 2006 dalam Livestock's Long Shadow-Environmental Issues and Options, daging merupakan komoditas penghasil emisi karbon paling intensif (18 persen), bahkan melebihi kontribusi emisi karbon gabungan seluruh kendaraan bermotor (motor, mobil, truk, pesawat, kapal, kereta api) di dunia (13,5 persen).

Peternakan juga penggerak utama dari penebangan hutan. Diperkirakan, 70 persen bekas hutan di Amazon, Amerika Selatan, telah dialihfungsikan menjadi ladang ternak. Setiap tahun penebangan hutan untuk pembukaan lahan peternakan mengontribusi emisi 2,4 miliar ton karbondioksida.

Bunuh Lingkungan
Selain menguras air, lahan, dan membebani atmosfer, konsumsi daging memukul bumi dengan polusi air, udara dan hilangnya kesuburan tanah serta kepunahan keanekaragaman hayati. Kotoran ternak adalah sumber pencemaran air.

Untuk di Amerika, peternakan menyumbang 900 juta ton kotoran tinja setiap tahun atau setara 130 kali kotoran manusia. Konversi internasional mengidentifikasi 35 titik rawan global, dicirikan dengan hilangnya habitat hingga level parah, 23 di antaranya disebabkan peternakan.

Saat ini, satwa yang sedang berjuang mati-matian bertahan dari pola perubahan iklim yang semakin ekstrem adalah beruang kutub. Makin meluasnya wilayah es mencair berarti makin berkurangnya habitat buruan beruang kutub. Satu persatu beruang kutub mati mengenaskan, lelah berenang bermil-mil jauhnya untuk mencari makan, tanpa hasil dan akhirnya mati kelaparan.

Gerakan Vegetarian
Tindakan waras apa yang segera harus dilakukan? Gerakan vegetarian sebagai solusi segera telah menjadi seruan global. Pertemuan G8 (Group of Eight Environment Ministers) yang dilansir The Japan Times Online 26 Mei 2008, sepakat pada satu seruan : Eat less beef!

Presiden Taiwan Ma Ying-jeou dan Wapres Vincent Siew memimpin penandatanganan deklarasi mengurangi karbondioksida dan aksi hemat energi, termasuk didalamnya mengonsumsi produk lokal dan lebih banyak sayur dan mengurangi daging.

Green Peace USA juga mengeluarkan seruan senada : On your plate! Yakni, mengimbau masyarakat dunia untuk mengeluarkan daging dari piring makan, karena makan daging bukan masalah pilihan personal lagi. Kita tidak bebas memilih ketika pilihan itu nyata mengancam
keberlangsungan hidup setiap mahluk di muka bumi ini.

Mengutip tulisan Senator Queensland, Andrew Bartlett, seluruh dunia tidak mesti menjadi vegetarian atau vegan untuk menyelamatkan planet kita, tapi kita harus mengakui fakta-fakta ilmiah ini, bahwa jika kita tidak mengurangi konsumsi produksi hewani, kesempatan kita untuk
menghentikan perubahan iklim adalah nihil.

Daging! Kini bukan masalah pilihan personal lagi, suka atau tidak suka, makan daging telah menjadi masalah yang mengancam kelangsungan hidup setiap orang di muka Bumi ini (World Watch Institute, 2004).

Mengubah pola makan juga berhadapan dengan kebiasaan yang telah mengakar. Mari dengan mata jernih melihat realitas, mengakui fakta betapa tekanan pola konsumsi daging sedemikian hebatnya pada daya dukung bumi.
Sejenak merasakan beban berat bumi ini, mungkin akan menggeser pilihan kita ke pola konsumsi tanpa daging, pola yang jauh lebih ramah. Terwujudnya masa depan bumi yang indah dan itulah yang hendak kitawariskan ke anak cucu kita kelak.

Sukasin Loe ST
Aktivis Indonesia Vegetarian Society Surabaya

Mobil Bertenaga Matahari Keliling Dunia

POZNAN, Teknologi bersih kini telah siap untuk digunakan menggantikan mesin-mesin lama yang tidak ramah lingkungan. Hal tersebut ditandai dengan dipamerkannya sebuah mobil bertenaga Matahari pertama yang sedang menyelesaikan perjalanannya keliling dunia.

Mobil kecil dan ringan dengan dua tempat duduk itu muncul di arena pertemuan mengenai perubahan iklim yang dihadiri delegasi dari 190 negara di Poznan, Polandia, Kamis (4/11). Pejabat PBB untuk Perubahan Iklim, Yvo de Boer menyempatkan diri untuk mencoba kendaraan tersebut menuju sebuah gedung tempat pertemuan berlangsung.

"Ini untuk pertama kalinya dalam sejarah sebuah mobil bertenaga Matahari berkeliling ke seluruh penjuru dunia tanpa menggunakan satu tetes pun bahan bakar minyak," ujar Louis Palmer, seorang guru dan petualang dari Swiss yang mengendarai mobil tersebut.

Ia dengan bangga mengatakan bahwa teknologi mobil tanpa BBM sudah siap, baik untuk lingkungan, dan ekonomis. Tak kalah pentingnya teknologi ramah lingkungan yang dapat menekan laju pemanasan global sudah sangat layak digunakan.

Palmer muncul di Poznan setelah menyelesaikan perjalanan sejauh 52.000 kilometer. Ia berangkat dari Lucerne, Swiss 17 bulan lalu dan telah melewati 38 negara. Mobil yang tidak mengelaurkan suara sama sekali itu dapat melaju hingga 90 kilometer perjam dan menyelesaikan 300 kilometer dengan baterai yang berisi tenaga penuh. Palmer mengaku hanya berhenti dua hari sepanjang perjalanannya.

"Mobil ini berjalan seperti jam Swiss," ujarnya untuk menggambarkan ketahanan mobil yang dikembangkan para ilmuwan Swiss itu. Palmer menyebutnya taksi Matahari karena sudah mengantarkan setidaknya 1000 orang penting dari berbagai belahan dunia. Antara lain Gubernur New York, Michael Bloomberg dan Sekjen PBB Ban Ki-moon.

Kehadirannya di Poznan untuk memberikan dukungan kepada sejumlah delegasi yang tengah membicarakan upaya pengendalian pemanasan global. Mereka sedang membicarakan draft perjanjian baru pascaberakhirnya Protokol Kyoto tahun 2012. Hasil pembahasan tersebut diharapkan selesai dan siap disepakati dalam pertemuan di Kopenhagen, Denmark pada September 2009.

"Di konferensi ini, kita membicarakan penurunan emisi antara 10-20 persen. Saya ingin menunjukkan bahwa kita bisa menurunkan emisi hingga 100 persen," ujar Palmer.

Kamis, 04 Desember 2008

Polusi Udara akibat peternakan

Pabrik peternakan juga memproduksi debu dan kontaminasi lain dalam jumlah besar yang menyebabkan polusi udara. Sebuah penelitian di Texas menemukan bahwa banyak pakan ternak di negara bagian tersebut menghasilkan lebih dari 14 juta pon debu pertahun yang mengandung organisme biologi aktif seperti bakteri, jamur, dan fungi yang berasal dari kotoran dan makanan.

Kotoran dalam jumlah besar yang dihasilkan dari peternakan ini mengeluarkan gas beracun seperti hydrogen sulfide dan ammonia ke udara. Berdasarkan laporan dari EPA ( Enviromental Protection Agency – Dinas Perlindungan Lingkungan ) hampir 80 % dari emisi ammonia di Amerika Serikat berasal dari sisa pembuangan hewan.

Seakan masalah kimia dari sisa pembuangan hewan tidak cukup besar, industri daging dan hewani menambah masalah krisis kualitas udara. Ketika tempat penampungan limbah yang menampung berton – ton kotoran dan urin sudah penuh, pabrik peternakan secara berkesinambungan akan mengurus batas polusi air dengan menyemprotkan pupuk cair ke udara, menghasilkan kabut yang akan terbawa oleh angin. Penduduk sekitar terpaksa menghirup racun dan bakteri patogen dari pupuk yang disemprot.

Menurut laporan Senat negara bagian California, “ Penelitian menunjukan kalau penampungan yang menebarkan racun kimia ke udara dapat menyebabkan masalah peradangan, daya tahan tubuh melemah , iritasi, dan gangguan kimia saraf pada manusia.

Rabu, 03 Desember 2008

Melamin dalam makanan manusia

Beberapa hari ini telor yang dijual di Hongkong, Liaoning, Hubei, Shanxi setelah diperiksa mengandung melamin.
Setelah peristiwa susu beracun meledak satu bulan, sekali lagi melamin menimbulkan badai atas keamanan makanan. Beberapa hari ini telor yang dijual di Hongkong, Liaoning, Hubei, dan Shanxi setelah diperiksa mengandung melamin. Para ahli mengemukakan melamin telah masuk dalam rantai makanan manusia, makanan yang terkontaminasi bukan hanya susu saja, namun sudah menjalar ke binatang peliharaan, daging, telor, dll.

Setelah satu bulan peristiwa susu beracun terjadi, sekali lagi melamin menimbulkan angin topan tentang keamanan makanan. Beberapa hari ini telor yang dijual di Hongkong, Liaoning, Hubei, Shanxi setelah diperiksa mengandung melamin. Para ahli mengemukakan melamin yang terdeteksi dalam telor berhubungan dengan pakan ternak.

Menurut penyelidikan "Harian Nanfang", dalam pakan ternak ditambahkan melamin, masalah ini jauh hari sudah merupakan rahasia terbuka dalam usaha pakan ternak. Ini dimulai dari lima tahun lalu, dari awal budidaya industri perikanan, akhirnya merambat sampai usaha ternak dan unggas, yang lebih menggemparkan orang adalah, melamin yang ditambahkan ke dalam makanan binatang, pada dasarnya berasal dari ampas residu industri kimia.

Di propinsi Lianing ditemukan anjing rakun mati karena batu ginjal, setelah diotopsi terlihat jelas lukanya, berlubang. Dalam permukaaan potongan dipenuhi oleh pecahan halus batu ginjal. (Gbr. Sinovision.net)

Dalam susu, telor terdeteksi melamin, kasus ini memperlihatkan bahwa bahan baku racun plastik kimia ini telah masuk ke dalam rantai makanan manusia. Efeknya akan jauh melampaui peristiwa susu beracun, ini berarti binatang peliharaan yang diberi makanan beracun seperti babi, kambing, sapi dan ikan, kemungkinan besar mengandung melamin.

Setelah peristiwa susu melamin meledak, seorang ahli pengendalian keamanan makanan dari sebuah perusahaan makanan terkenal di Amerika berkata kepada "Era Baru" di Amerika, perusahaan ilegal di China memasukkan melamin tujuannya adalah untuk memalsukan kadar protein, dapat diduga dalam makanan yang berasal China dan bahan baku yang mematok kadar protein sebagai standar pemeriksaan, seperti produk susu, produk kacang, pakan ternak kemungkinan besar telah ditambahkan melamin. Selain itu, tepung susu adalah salah satu bahan baku industri makanan, dalam tepung susu yang berasal dari China secara umum mengandung melamin, itu berarti permen, biskuit, kue dan lain-lainnya yang memakai tepung susu, semua bermasalah. Ahli ini dengan pedih mengungkapkan, apa yang dikonsumsi oleh rakyat China setiap hari hampir semua bisa terkontaminasi.

Dari kasus yang sudah dilaporkan, kelihatannya berbagai macam makanan di China termasuk produk susu, kacang, permen, biscuit, seafood, unggas, telor, daging dan yang lainnya sudah secara luas terkomtaminasi oleh melamin.

Oleh : Wang Zhen, Epoch Times

Definisi Global Warming

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

sumber

Pemanasan Global Ancam Negara Kepulauan

Pemanasan global yang mengakibatkan kenaikan suhu diatas permukaan bumi mengancam keberadaan negara-negara kepulauan seperti Indonesia, Filipina dan Jepang.

Hal itu dikatakan Ketua Program Doktor dan Magister Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. Alvi Syahrin, saat sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, di Medan.

Ia mengatakan, pemanasan global yang terjadi diramalkan juga akan mencairkan lapisan es Greendland hingga menyebabkan naiknya permukaan laut menuju tujuh meter.

"Kalau ini sampai terjadi, maka pulau-pulau kecil dibelahan dunia akan tenggelam oleh air laut. Indonesia sendiri dalam dua tahun belakangan ini sudah kehilangan 24 pulau-pulau kecil akibat naiknya permukaan laut,"katanya.

Sementara pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Sumatera, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Ir.Sabar Ginting MBA, mengatakan, rata-rata tahunan es lautan artik telah menciut sebesar 2,7 persen perdekade, dengan penurunan lebih besar pada saat musim panas sebesar 7,4 persen per dekade.

Penurunan glacier dan tutupan es juga berkontribusi terhadap kenaikan permukaan air laut sebesar 0,5 mm per tahun dari tahun 1961 hingga 2003.

Akibat pemanasan global, kata dia, pada pertengahan abad rata-rata run off sungai dan ketersediaan air diproyeksikan akan meningkat 10-40 persen didaerah lintang tinggi dan dibeberapa wilayah tropis basah.

Sementara diwilayah daerah lintang menengah dan daerah tropis kering ketersediaan air akan menurun sekitar 10-30 persen.


sumber

Obama Diharapkan Memimpin Dunia Atasi Perubahan Iklim

Senin, 1 Desember 2008
PARIS, MINGGU - Iklim bumi tampaknya berubah lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Laporan itu disampaikan sejumlah ilmuwan menjelang diselenggarakannya Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim di Poznan, Polandia, mulai Senin (1/12) ini hingga 12 Desember.

Bukti-bukti yang diterbitkan sejak laporan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) bulan Februari 2007 menunjukkan, pemanasan global mendatang tidak hanya didorong hal-hal yang bisa dikendalikan manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil atau hutan.

Dari studi terbaru, tanpa faktor pendorong lain jika emisi tak dikendalikan, laju emisi gas rumah kaca akan mengakibatkan kekeringan, banjir, penderitaan manusia hingga akhir abad. Perusakan alam yang prosesnya tak bisa berbalik akan tingkatkan suhu.

Selain itu, lapisan es Arktik juga mencair dengan cepat. "Dalam beberapa tahun terakhir, Laut Arktik mencapai rekor terendah di musim panas, yang membuat banyak orang sangat, sangat khawatir," kata Robert Watson, Penasihat Ilmiah Utara bagi Departemen Urusan Lingkungan Hidup Inggris dan ketua penilaian IPCC tahun 2001.

"Kami tahu Arktik akan pertama merespons," kata Mark Serreze dari Pusat Data Salju dan Es Nasional AS di Boulder, Colorado. "Yang membingungkan, perubahan-perubahan itu terjadi lebih cepat dari perkiraan semula."

Kata ahli iklim James Hansen, Ketua Lembaga Goddard untuk Kajian Ruang Angkasa, di New York, "Naiknya permukaan laut akan membuat kota-kota pesisir dan delta pertanian di Banglades, Mesir, dan China selatan berada di bawah air, membuat ratusan juta orang mengungsi."

Forum Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) 1-12 Desember adalah batu loncatan untuk pakta baru--pasca-Protokol Kyoto yang berakhir 2012--yang akan diputuskan di Copenhagen tahun 2009--untuk mengurangi emisi dan mendorong dana adaptasi.

Faktor Obama

Meski Obama tak akan hadir di Poznan, AS dinilai berkeinginan merebut kepemimpinan global dalam menghadapi pemanasan global. "AS telah kembali," ujar Senator John Kerry. Selama ini AS tak turut tanda tangani Protokol Kyoto dan tidak mendukung setiap upaya internasional untuk atasi pemanasan global.

Delegasi hampir 190 negara bertemu di Poznan untuk mengompromikan hal yang menurut pejabat PBB merupakan negosiasi tersulit dan paling kompleks sepanjang sejarah.

Peserta konferensi yakin terpilihnya Obama sebagai Presiden AS akan memberi energi baru pada proses negosiasi yang selama ini terkesan mandek. Meski demikian, menurut seorang pengamat, "Tanpa AS dan China, sama saja tidak ada kesepakatan."


sumber


Selasa, 02 Desember 2008

Efek Peternakan

Setiap hari jutaan pon dari sisa buangan dan kotoran yang dihasilkan dari hewan peternak di tampung di danau yang keruh dan kotor. Danau ini secara berkala meluap ke jalur air sekitar dan menyebabkan kematian ikan – ikan dan hewan – hewan lain dalam jumlah besar. Tahun 1995, ketika 25 juta galon urin dan kotoran babi jantan yang berbau busuk meluap ke sungai North Carolina, antara 10 sampai 14 juta ekor ikan mati. Luapan ini lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan bencana tumpahan minyak Exxon-Valdez, tetapi meskipun hanya menjalankan pabrik peternakan yang kecil bisa menimbulkan kerusakan yang besar bagi lingkungan. Pestisida, antibiotik, hormon pertumbuhan yang sangat kuat yang menumpuk di daging hewan juga ditemukan di tinja, dan bahan kimia ini memiliki efek merusak yang sangat besar pada ekosistem disekitar pabrik peternakan.Sebagai contoh, Baru- baru ini di West Virginia dan Maryland para ilmuan menemukan pertumbuhan ovarium pada ikan jantan, dan mereka mencurigai kalau cacat kelainan pada ikan ini disebabkan tinja ayam yang sarat dengan obat-obatan yang berasal dari pabrik peternakan.

EPA melaporkan kotoran dari ayam, babi jantan yang dikebiri dan hewan ternak lainnya menyebabkan polusi sepanjang 35.000 mil di sungai 22 negara bagian dan mengkontaminasi air bawah tanah di 17 negara bagian. Disamping masalah lingkungan yang disebabkan sisa pembuangan ternak, bakteri berbahaya seperti E.Coli yang berasal dari air selokan di peternakan juga bisa menimbulkan penyakit yang serius pada manusia. Polusi yang disebabkan oleh pabrik peternakan juga merusak sebagian dari laut di dunia.

Di tengah tengah negara Amerika serikat, Aliran arus sungai membawa tinja dari pabrik peternakan ke sungai Mississipi, yang kemudian mengendapkannya di teluk meksiko. Nitrogen dari tinja hewan dan pupuk yang biasanya digunakan untuk meyuburkan tanaman untuk makanan ternak menyebabkan peningkatan yang sangat cepat dari algae, dan menyisakan sedikit oksigen untuk mahkluk hidup lain.Laporan yang dikeluarkan tahun 2006 oleh Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfir mengemukakan kalau Teluk Meksiko yang mana merupakan daerah mati (daerah dimana semua binatang laut dan tanaman tidak bisa hidup) sekarang ini sudah berukuran setengah dari negara bagian Maryland.Tahun 2006, sebuah studi terpisah dari Universitas Princetown mengemukakan bahwa mengadopsi pola makan vegetarian untuk menggantikan produksi daging dapat menurunkan level kadar nitrogen secara dramatis di teluk daerah mati menjadi kecil atau hilang.

Peternakan ikan juga menyebabkan polusi air. Petani menjejalkan ratusan ikan dalam sebuah kurungan kecil, dan akumulasi dari tinja serta sisa buangan lain membuat kolam ikan seperti selokan yang terbuka. Tinja, ikan dan bangkai ikan yang bercampur dengan makanan ikan yang mengandung antibiotik dalam jumlah besar mengendap di bawah kurungan peternakan ikan menyebabkan dasar laut membusuk di beberapa area, dan lumpur kotoran ikan dan puing – puing yang lain meracuni ekosistem laut yang sudah hampir rusak.

Ajaibnya, Pemerintah federal mengizinkan pabrik peternakan untuk terus merusak kesehatan penduduk Amerika Serikat yang tinggal dekat pabrik peternakan.Tahun 2006, masyarakat dan advokasi pembela lingkungan menunjukkan keterkejutan dan kemarahan ketika EPA menunjukkan satu kelemahan hukum baru dimana pabrik peternakan bahkan semakin mudah untuk mencemarkan air dan udara tanpa hukuman apapun.Ed Hopkins, Direktur Sierra Club’s Environmental Quality Program , mengatakan kelemahan hukum ini berarti pabrik – pabrik peternakan ini akan terus menggunakan sungai – sungai kita sebagai selokan.

Perubahan Iklim Paksa Jutaan Orang Mengungsi

BONN, RABU 8 Oktober 2008 - Kerusakan lingkungan hidup akibat perubahan iklim dapat memaksa jutaan orang di dunia harus meninggalkan tempat tinggalnya selama ini dalam beberapa dasawarsa ke depan. Ancaman tersebut akan terjadi di wilayah-wilayah yang mengalami penggurunan dan tergenang banjir.

Para ahli memperkirakan bahwa hingga 2050 sebanyak 200 juta orang akan kehilangan tempat tinggal akibat masalah lingkungan hidup. Jumlah tersebut setara dengan penduduk di dua pertiga wilayah Amerika Serikat hari ini. Demikian hasil analisis yang dialnsir U.N. University's Institute on the Environment and Human Security di Bonn, Jerman, Rabu (8/10).

"Semua petunjuk memperlihatkan kita berhadapan dengan masalah utama global yang terus mencuat," kata Janos Bogardi, Direktur U.N. University's Institute on the Environment and Human Security.

Bogardi mengatakan jumlah pendatang lingkungan hidup saat ini dapat mencapai 25 hingga 27 juta orang. Tak seperti pengungsi politik yang meninggalkan negeri mereka, banyak orang mencari rumah baru di negara mereka sendiri.

Ia menyatakan penting untuk menyusun cara melacak jumlah orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka dengan alasan seperti gagal panen yang berulang dan disebabkan oleh pemanasan global, sehingga pemerintah dan organisasi bantuan dapat berusaha membantu mereka. Pada waktu lalu, banyak orang seperti itu akan didaftar sebagai pengungsi ekonomi.

"Perpindahan yang dilatarbelakangi lingkungan hidup diperkirakan akan menonjolkan makin banyak orang tua, anak-anak, perempuan dan orang yang lebih miskin, dari kondisi lingkungan hidup yang lebih menyusahkan," katanya. Para ahli dari hampir 80 negara direncanakan bertemu di Bonn dari 9 hingga 11 Oktober untuk membahas cara membantu pendatang lingkungan hidup.

Studi di 22 negara berkembang oleh lembaga pimpinan Bogardi dan beberapa lembaga penelitian lain Eropa mengindikasikan bahwa kerusakan lingkungan hidup juga memicu maraknya jaringan penyelundupan manusia. Di Bangladesh, misalnya, perempuan yang memiliki anak kecil dengan suami meninggal di laut selama topan Sidr atau berada jauh sebagai tenaga kerja migran adalah korban empuk bagi penyelundup. Mereka tak jarang berakhir di jaringan pelacuran atau di tempat kerja paksa di India.

Pola serupa ditemukan di setidaknya satu studi lain nasional. Eksploitasi manusia yang dilakukan oleh penyelundup dilaporkan makin luas saat arus pendatang tak resmi dan tidak sah menggelembung. Mereka adalah pengungsi iklim, orang-orang terlantar akibat bencana lingkungan yang dipicu perubahan iklim.


Sumber